Jubah Sakti Cak Gopar
Friday, June 24, 2016
Pada setiap Jumat, Cak Gopar selalu
mengenakan jubah putih dengan lilitan surban putih di kepala, dan surban hijau
(kadang cokelat) bertengger di bahunya.
Walaupun Cak Gopar selalu bawa STNK
plus SIM lengkap, tapi Pak Polisi selalu gak mau meriksa Cak Gopar, malah
dengan gesit secara eklusif mengawal Cak Gopar agar keluar dari antrian
pemeriksaan motor.
“Monggo Abah. Njenengan langsung
mawon!” ujar pak polisi sembari kurang lebih.
Saya tanya alasannya ke Cak Gopar.
“Ya polisi kan tahu dari pakaianku kalua
mau jadi imam jumat, jadi ngehormati aja, makanya di dahulukan”.
Suatu saat, saya terpaksa harus ikut
Cak Gopar naik motor, saya harus pergi ke salah satu tempat perbelanjaan,
sedangkan Cak Gopar meneruskan ke masjid yang ada di dekat situ juga. Dan
seperti biasa, di depan razia menghadang. Antrian motor berjejer antri dengan
rapi. Seorang polisi menghampiri kami, “Monggo abah, njenengan langsung saja
gak usah diperiksa” ujarnya memeriksa sembari memberikan isyarat ke
pengendara motor lain agar minggir.
Seorang pengendara nyelethuk ke pak
polisi, “Pak, niku kok mboten diperiksa? (pak, itu kok ga diperiksa?) ujarnya
protes sembari menunjuk kea rah kami.
“iku abah arep ngimami jumatan, dienteni
umat, lek telat engkok berantakan kabeh. Sampean protes ngunu gak wedhi kualat
ta? (abah itu mau jadi imam jumat, ditunggu umat, kalau terlambat nanti
berantakan semua. Kamu protes kayak gitu apa gak takut kualat?” Pak
Polisi membalas dengan sura agak tinggi menggertak.
Cak Gopar menundukkan kepala memberi
isyarat terimakasih ke pak polisi.
“Dunganipun nggeh bah. (jangan lupa
doain ya abah)” kata pak polisi.
Tak seberapa jauh kemudian, saya
mencolek pinggang Cak Gopar.
“Bi, saya takut sama kamu”
“Kenapa?”
“Lha kata pak polisi, kamu ini bisa
bikin kualat”
Cak Gopar tertawa renyah. Dan saya
memeluk imamku ini dengan pelukan cinta. Gak mau dapat kualat, maunya dapat
berkah dan cinta dari sosok ini.
0 comments